Desa Pakuwon merupakan salah satu desa di Kecamatan
Cisurupan yang memiliki persawahan yang luas dan pemandangan alam yang indah.
Desa ini memiliki luas tanah 152 Ha dengan mayoritas tanahnya digunakan sebagai
tanah sawah yaitu sebesar 125 Ha, sementara sisanya digunakan sebagai
pemukiman, fasilitas umum, maupun lahan pertanian lainnya. Sebelah barat desa
ini berbatasan dengan Desa Pangauban, sementara sebelah selatan terdapat Desa
Sirnagalih dengan Sungai Cibereum sebagai batasnya. Sebelah utara merupakan
Jalan Pangauban yang menjadi batas sebelah utara dengan Desa Simpangsari
sekaligus sebagai jalan utama penghubung Desa Pakuwon, Desa Simpangsari, Desa
Pangauban, Desa Pamulihan, dan Desa Cipaganti. Sedangkan sebelah timur
merupakan jalan raya dan sebagai batas dengan Desa Mulya Sari, Kecamatan
Bayongbong.
Terdapat enam RW dan sepuluh kampung di desa ini. Kampung
yang dekat dengan jalan raya (bagian Kampung Pakuwon ke timur) lebih terlihat
maju dibandingkan Kampung Pakuwon ke barat. Meskipun demikian, penduduk di desa
ini sangat ramah antar warga dan pengunjung. Di desa ini juga terdapat Pusat Pengamatan
Gunung Api Papandayan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi milik
Badan Geologi.
Awalnya desa ini merupakan kesatuan dengan Desa Pangauban
bersama Desa Simpang Sari, Desa Cipaganti, Desa Pamulihan, dan Desa
Sirnagalih. Kemudian Desa Pangauban
mengalami pemekaran dan membentuk desa-desa baru, salah satunya Desa Pakuwon. Desa
Pakuwon berada di antara Gunung Papandayan dan Gunung Cikuray, sehingga
pemandangan alam yang tersaji di sini sangat menakjubkan. Dari desa ini
terlihat Kawah Papandayan yang eksotis dan ketika melihat Gunung Cikuray seolah
melihat lukisan masa kecil yang jadi kenyataan. Selain itu, hamparan sawah yang
luas semakin memanjakan mata. Akses terhadap fasilitas umum pun sudah cukup
memadai.
Lokasinya yang dekat dengan Gunung Papandayan di sebelah
Baratnya, Desa Pakuwon sempat terkena luapan lahar dingin akibat letusan Gunung
Papandayan yang mengalir ke Sungai Cibereum, sehingga menyebabkan beberapa lahan
menjadi rusak. Oleh karena itu, beberapa pemilik lahan mengkonversi lahannya.
Selain bekerja di sektor pertanian padi, beberapa warga
membuka usaha di sektor lain seperti pertanian holtikultura, pengolahan kopi,
pengolahan tahu, peternakan sapi perah, toko kelontong, kripik pisang dan
kripik singkong, rengginan dan rengginin, salon, bengkel, penyewaan alat musik,
jahitan baju dan jaket kulit, pangkas rambut, percetakan, warnet, fotokopi,
studio foto dan video, serta usaha lainnya.
www.cisurupan.com
meni warara'as kieu lembur kuring... nuhun ganj uploadana, sebagai pengobat rindu akan kampung halaman... respect...from depok''
BalasHapusWaas enaken na om
BalasHapusLembur mitoha😘
BalasHapus